Wednesday, May 24, 2017

Jelang Puasa, Harga Jengkol Pun Ikut Naik



CIANJUR, KOMPAS.com - Menjelang Ramadhan, bukan hanya harga daging yang naik, namun beberapa komoditas seperti jengkol mengalami kenaikan harga.

Seperti di sejumlah pasar tradisional di Cianjur. Jengkol yang biasanya dijual Rp 20.000 per kilogram naik hingga Rp 80.000 per kilogram. Namun harga sayur mayur dan bumbu dapur lainnya masih terpantau normal.

Sejumlah pedagang menuturkan, kenaikan harga terjadi karena bukan musimnya. Selain itu, permintaan yang tinggi menjelang Ramadhan membuat harga semakin mahal.
"Kenaikan harga jengkol terjadi karena saat ini bukan musimnya. Kalau sedang musimnya, di bulan Agustus sampai Desember biasanya murah. Terlebih menjelang puasa tingkat pemakaian cukup meningkat," ucap Solihin, pedagang di Pasar Induk Pasir Hayam Cianjur, Rabu (24/5/2017).

Dia menjelaskan, meroketnya harga jengkol membuat penjualan berkurang setiap harianya. Biasanya dia dan pedagang lain dapat menjual hingga puluhan kilogram. Namun saat ini perhari hanya menjual 6 sampai 8 kilogram.

"Kami biasa mendapat stok dari Pasar Caringin Bandung. Saat ini kami terpaksa mengurangi pembelian, meskipun pemesanan tetap ada," tuturnya.

Sementara itu, Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Cianjur, mengimbau pedagang di wilayah tersebut, agar tidak membeli barang secara berlebihan, untuk kemudian dijadikan stok. Karena kebiasaan tersebut, dapat memicu terjadinya lonjakan harga di pasaran menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.

Kepala Diskoperindag Cianjur, Himam Haris mengungkapkan, pedagang pasar masih terjebak pada kebiasaan berbelanja kebutuhan dagang secara berlebihan. Meskipun sepanjang Ramadhan, pedagang sebaiknya dapat membelanjakan persediaan barang secara efisien.
"Karena takut dan khawatir akan terjadi lonjakan harga, pedagang membeli barang secara besar-besaran, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Meskipun tujuan mereka baik agar tidak kesulitan mendapatkan stok," ucapnya.

Dia menambahkan, kebiasaan memborong dapat menimbulkan anggapan bahwa permintaan terhadap barang yang dibelanjakan banyak. Sehingga tidak menutup kemungkinan, distributor atau bandar akan menangkap momen tersebut dan menaikkan harga jual pada pedagang.

"Karena fenomena tersebut besar kemungkinan akan timbul lonjakan harga, sehingga berlanjut ketika di pasaran kenaikan harga akan membebani konsumen meskipun persediaan barang yang dibutuhkan terpenuhi," katanya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya mengimbau kepala pasar untuk memberikan pemahaman pada pedagang dan konsumen terkait kondisi pasar, termasuk mengkonfirmasikan harga dan ketersediaan barang yang sebenarnya secara lengkap.

No comments:

Post a Comment